Senin, 08 Juni 2009

Francesco Totti


Francesco Totti (lahir 27 September 1976) merupakan pemain sepak bola berkebangsaan Italia yang saat ini membela tim AS Roma. Bertinggi badan 180 cm. Saat ini telah mengundurkan diri dari timnas Italia. Menikah dengan Ilary blasi dan telah dikaruniai 2 anak yang bernama Cristian dan Chanel.

Totti pernah mendapatkan sepatu emas pada musim 2006/2007 dengan mencetak 26 gol di Serie A. Totti merupakan pemain Italia kedua yang mendapatkannya setelah Luca Toni pada musim sebelumnya. Totti melakukan debutnya bersama Roma pada 1993



The Last Gladiator


Tiada satupun pesepakbola Italia yang merefleksikan jiwa Italia secara
persis sebagaimana Francesco Totti. Di jiwa raganya sekarang ini bersemayam
inkarnasi Italia. Totti adalah Italia. Italia adalah Totti.

Sebuah Masserati hitam meluncur kencang melewati perempatan jalan di Roma,
tatkala lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Tentu saja hal itu
membuat kedua alis mata seorang polisi yang kebetulang nongkrong di sekitar
situ naik drastis. Dengan motor gede bertuliskan Policia, ia mengejar sedan
dan siap menilang sang pengendara setelah berhasil menghentikannya.



Tapi hal itu urung terjadi. Begitu kaca mobil diturunkan, pak polisi ini
malah terperangah. Pulpen yang dibawa untuk mencatat alasan untuk menilang,
malah ia gunakan meminta tanda tangan si pengemudi Masserati yang langka ia
temui, yang amat dipujanya. Dia adalah Francesco Totti, il capitano della
Capitale, pemimpin dari Roma.



Tak satupun orang yang paling dipuja bak Julius Caesar di Roma selain kapten
tim ibukota AS Roma itu. Totti dicintai Romanista sekaligus disegani
Laziale. Bahkan dalam kisah lain, seorang pengendara motor yang ditabrak
Totti hingga cedera cukup parah, tak mau menuntut si pendosa kecuali meminta
kostum nomor 10 yang katanya akan dibingkai.

Gli Azzurri memberi debut Totti pada 10 Oktober 1998. Meski menjadi man of
the match di final Euro-2000, tapi dia kecewa berat sebab Italia kalah
menyakitkan dari Prancis. Ia kian sedih di Piala Dunia 2002 setelah diusir
wasit Ekuador, Byron Moreno, yang berandil pada kekalahan Italia dari Korea
Selatan. Dua tragedi ini kian membuat Totti frustrasi.











Stadion Dom Alfonso Henriques, Guimaraes, Portugal, 14 Juni 2004. Italia vs
Denmark di penyisihan grup Piala Eropa. Di menit 48, Totti, si pemilik nomor
10 di Roma dan Azzurra, yang dijuluki Sang Gladiator, yang dipuja bak Kaisar
Romawi, bikin dosa yang melanggar kepatutan dan juga sepakbola: meludahi
wajah Christian Poulsen, gelandang Denmark.

Totti meminta maaf pada bangsanya, bukan pada Poulsen. Tetapi terlambat.
Gara-gara ulahnya, Italia gagal mengungguli Denmark. Media-media se-Eropa
menyerangnya. "Totti, Unta Italia yang suka meludah!" UEFA menghukum Totti.
Ia telah bikin malu negaranya, timnya dan dirinya.

Kepada pendetanya, Don Fernando Altieri, ia mengakui kesalahannya seraya
berjanji membuat itu sebagai dosa terakhirnya. Ia juga bersumpah akan
menebus dosa pada Piala Dunia 2006. Di musim 2005/06, ia berlatih kesetanan,
menolak wawancara dan menghindari kamera televisi. Totti ingin semuanya
fokus sebab takut mimpinya sirna. Roma telah diberinya juara Italia. Tapi
Italia sendiri? Ia menyadari sejarah Azzurra yang lancar di proses tapi
macet di hasil.

Pada 19 Februari, kaki kiri Totti patah pada sebuah laga di Empoli.
Muncullah prahara dan ketegangan nasional selama 113 hari, batas akhir iya
atau tidaknya sang gladiator bisa tampil di Jerman. PM Berlusconi, yang
secara politis tak suka dengan Totti, mengunjunginya. Tapi secara pribadi
Totti adalah pemain idolanya. Kepalsuan terkuak, kunjungannya tetap tak
menyelamatkan kariernya. Berlusconi tumbang.

Italia selalu terpecah belah setiap pekan manakala Seri-A digelar. Utara vs
selatan berarti kapitalis kontra sosialis, fasis lawan nasionalis atau kaya
dan miskin. Konon, itulah yang membuat kemakmuran Italia bukan datang dari
semangat inovasi, tapi oleh kesabaran, catenaccio ekonomi.

Di saat cedera, Totti kian rutin bertemu ibunya di apartemen tua, di
seberang kamar yang ditempati istri dan anaknya. Kekuatan keluarga adalah
arwah Italia. Inilah yang ingin diubah harian La Stampa. "Azzurri harus
belajar mencari kemenangan ketimbang lari ke rumah, mengadukan nasib dan
menangis bersimpuh di depan ibunya."

Kepribadian Totti adalah tipikal Italia. Para lelaki eksebionis yang ingin
menunjukan macho, kemaskulinan pada dunia dengan agresivitas. Seperti pria
Italia umumnya, ia juga dijangkiti Pinocchio-complex sebab sering berkata,
"Segalanya berjalan lancar sebab kami adalah yang terbaik".

Pinocchio-complex berandil meredupkan politik luar negeri Italia. Ia
bersembunyi di setiap pria pesolek yang senang pamer seperti bebek yang
bangga dengan ekornya. Sayang, buah yang dipetik terasa pahit. Sejak 14 Juni
2004, Azzurra menerima puncak hujatan yang mereka banggakan selama ini yang
disimbolkan oleh Totti, si inkarnasi Italia.

Totti adalah pemain kesukaan Roman Abramovich. Apa pun akan dilakukannya
untuk memboyong superstar Italia itu ke Stamford Bridge. Namun milyuner
Rusia itu pada 2004 malah menuai kekecewaan. "Aku tak pernah ingin main di
Premiership sebab aku bukan penggemar sepakbola Inggris. Aku lebih menyukai
gaya Italia," kata Totti apa adanya.

Pinocchio-complex tak selalu berujung negatif. Pada Februari 2005, tentara
pemberontak di Irak menculik wartawati Giuliana Sgrena sehingga menggegerkan
negeri. Tiba-tiba tanpa ada yang mengetahui rencananya, Totti bertindak. Di
sekujur lapangan stadion Olimpico, ia berlari dengan memakai kaos
bertuliskan "Bebaskan Giuliana."

Selang beberapa hari, Sgrena dibebaskan. Lalu Dunia memberitakannya tanpa
tahu yang sebenarnya terjadi. Seperti pengakuan Sgrena, salah satu penculik
itu ternyata melihat tingkah Totti saat menonton pertandingan Seri-A. "Orang
itu adalah pemuja Totti dan hatinya jadi trenyuh menyaksikan dedikasi Totti
untuk seorang wanita," ucapnya.

Totti merupakan campuran kelembutan dan eksibionis, homophilia dan
machoisme. Delapan menit jelang usai partai Roma vs Parma, yang berbuah
gelar scudetto pada 2001, tifosi Roma menyerbu lapangan. Yang diincar,
jelas, apapun yang ada di tubuh gladiator pujaannya. Totti memohon satu yang
tak mereka ambil, demi kehormatannya: celana dalam!

Buat sebagian besar wanita, sejak kejadian itu, mereka banyak memburu
majalah resmi AS Roma, Il Romanista, sebagai teman tidur. Yang diharapkan
mereka jelas: seluruh artikel dan foto-foto Hotti Totti, si simbol seks
Italia.

Totti disenangi segala kalangan. Di Tokyo ada banyak grup penggemar Totti.
Di Ankara berdiri sebuah website Totti. Totti pula, bukan David Beckham,
yang diidolakan penyanyi Inggris kelahiran Manchester, Robbie William. Pada
forum ekonomi dunia, Pele menyebut duta UNICEF itu sebagai salah satu pemain
terbaik dunia.

Totti di Roma jauh lebih hebat ketimbang di Azzurri. Di tim nasional, dari
55 kali main Totti tak lebih dari 10 bikin gol. Walau demikian dia tetap
menjadi jimatnya Marcello Lippi, tasbih atau rosario-nya. "Dia adalah
satu-satunya pemain yang bisa mengubah keadaan."

Bayi Totti pertama kali menghirup udara pada 27 September 1976, lima hari
sebelum lahirnya Luiz Ronaldo, dua hari sebelum Andriy Shevchenko muncul ke
dunia. Mitos sang gladiator bermula saat Enzo dan Fiorella mengajak putra
keduanya yang baru berusia 10 bulan ini berlibur di pantai Adriatik.
Tiba-tiba si bayi mencengkram kuat-kuat bola saat ingin diambil kakaknya,
Riccardo.

Di usia lima tahun, bocah Totti meraih trofi pertamanya. Baru sembilan tahun
hidup, nama Totti sudah menjadi buah bibir di Roma. Untuk itu, Fiorella
selalu menguntit Totti ke mana pun termasuk di Trigoria, markas latihan AS
Roma. Si ibu cemas bila musim dingin tiba. Ia tak sungkan menelpon pelatih
Totti untuk memastikan anaknya tidak kedinginan.

Fiorella setengah mati memproteksi Totti. AC Milan pernah didampratnya
setelah menawari kontrak, sekolah gratis dan rumah mewah. "Tak semeterpun
Francesco keluar dari Roma! Camkanlah!" tutur Fiorella. Totti adalah anak
mama, seperti seluruh anak lelaki Italia yang sampai kapanpun selalu
dianggap bambino, anak kecil, oleh ibunya.

"Aku bisa terus hidup selama mungkin tanpa makanan, tanpa air, tanpa udara,"
kata Fiorella, "tetapi aku tak mampu bertahan barang semenitpun tanpa
bambino-ku." Tiada pria yang dikasihi sama besar oleh neneknya, ibunya,
putrinya dan istrinya seperti Totti.

Bukan cuma Milan, tapi seluruh klub top Italia jatuh hati pada Totti. Saat
berkuasa kuat, Silvio Berlusconi pun tak kuasa memboyong gladiator Roma ke
Milano. Bolehlah, Nesta bisa, tapi Totti? Musim demi musim, dan tiap
calciomercato dibuka, mereka tanpa bosan terus merajuk ingin Totti.

Totti adalah Roma. Sudah 13 tahun ia membelanya dan saling mencintai. Tak
sekalipun ia punya pikiran pergi keluar Italia. Ia tak mau kehilangan
masakan ibunya, tak mau kehilangan belaian istrinya. Maka dari itu, ia tak
pernah mau belajar bahasa Inggris, Prancis atau Spanyol seperti halnya

semua anggota Azzurri di Jerman 2006.

Lebih-lebih, ia tak mau kehilangan atmosfir Olimpico. Di sana, kaum
Romanista selalu menyambut gladiatornya lewat orkestra dan prosesi
mengagumkan, "Inilah dia, kapten kecintaan kita, sang kaisar Roma,
Francesco... .Totttiiii! " Dia adalah pria yang narcis, takut terlihat buruk
sebab Totii selalu mendambakan bellezza, keindahan, di manapun.

Di utara, pria yang terlihat tampan diidentikan dengan kelemahan
intelejensia. Di selatan, lelaki dengan setelan keren dan perlente justru
kebalikannya. Dan Totti adalah selatan. Ia berusaha agar tak berkeringat di
lapangan. Apalagi menginjak rumput sembarangan atau berteriak-teriak, tapi
selalu grogi di depan kamera televisi.

Totti, kata filsuf olahraga kenamaan Mario Sconcerti dalam karya "La
Differenza di Totti", adalah fantastita Italia paling sempurna di dalam dan
di luar lapangan. "Pikirannya simpel karena jarang membaca atau datang ke
perpustakaan. Tapi semuanya itu akan berubah jika dia berada di lapangan."

Dunia Totti dimulai saat ia membawa bola menuju gawang. Basta!

1 komentar: